Jakarta – Dalam acara diskusi sebuah TV Swasta dengan tema Peradaban dan Demokrasi Pancasila, dua narasumber dr. Ribut Nurhuda MPdi, MA dan Uten Sutendi menyampaikan pandangannya.
Uten Sutendi merupakan tokoh budayawan nasional menyampaikan bahwa demokrasi yang benar tidak hanya berarti kebebasan berbicara semaunya.
Demokrasi, menurutnya, adalah sebuah perlombaan ide dan kecerdasan, di mana ruang berpikir yang cerdas menjadi landasan utama. “Demokrasi bukan tentang bebas bertindak sesuai kepentingan kelompok, tetapi tentang bagaimana kita bisa berlomba mengedepankan nilai-nilai luhur dan kualitas hidup yang harmonis,” ujar Uten.
Saat ini banyak yang memaknai demokrasi bebas beratikulasi semaunya, kekerasan kata-kata, padahal demokrasi adalah tindakan yang cerdas etis dan value memberi ruang yg lebih berkualitas berbicara etika, berkualitas, bukan bebas yang egoistik, dan demokrasi ada untuk mewadai cara berekpresi yg baik berdasar hal kemanfaatan.
Lebih lanjut, Uten menekankan bahwa demokrasi yang ideal harus mewarnai kehidupan untuk mencapai tujuan yang lebih berkualitas dan damai. Sebagai bangsa, kita harus kembali pada nilai-nilai Pancasila yang mengajarkan hidup yang baik, penuh kebijaksanaan, dan menghargai perbedaan.
“Demokrasi tanpa nilai-nilai luhur akan mengancam harmoni kehidupan kita sehari-hari. Oleh karena itu, kita harus merawatnya dengan kembali kepada akar budaya bangsa,” tambahnya.
Beberapa tokoh yang selama ini mengritik pemerintah antara lain Rocky Gerung dan beberapa tokoh lain yang mengkritik secara vulgar masih mendapat ruang, namun arti demokrasi kita tidak boleh mentolerir maupun membiarkan kritik yang tak beretika, di negara maju juga masih menggunakan etika dalam melakukan kritik
Sementara itu, Ribut Nur Hadi dr. Ribut Nurhuda MPdi, MA mengingatkan bahwa sejak sekolah dasar, kita telah diajarkan tentang esensi demokrasi sebagai “kedaulatan berada di tangan rakyat, dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat.” Namun, demokrasi di Indonesia, menurutnya, tidak lepas dari sejarah panjang, mulai dari era kerajaan hingga kemerdekaan.
Demokrasi Indonesia saat ini, kata Dr. Ribut, harus tetap berada dalam bingkai Pancasila dan berlandaskan pada rule of law (aturan hukum).
“Demokrasi di Indonesia sudah mapan, tantangannya sekarang adalah bagaimana kita menerapkannya dengan baik. Dengan adanya teknologi, kita harus bisa memanfaatkannya sebagai alat untuk kemajuan peradaban bangsa,” jelasnya.
“Gotong royong dan kolaborasi adalah kunci untuk memperkuat demokrasi. Sebagai bangsa besar, kita harus bersyukur dan menjaga nilai-nilai leluhur yang membuat kita produktif, kompetitif, dan mampu bekerja sama dengan dunia internasional,” ujar Dr. Ribut, menutup sesi dengan harapan optimis untuk masa depan demokrasi Indonesia.
Diskusi ini menegaskan kembali pentingnya menjaga nilai-nilai luhur Pancasila dalam praktek demokrasi sehari-hari. Demokrasi bukanlah sekadar kebebasan berpendapat, tetapi tentang bagaimana kita bekerja sama, menghargai satu sama lain, dan membangun peradaban bangsa yang lebih baik. Sebagai bangsa, kita harus selalu ingat untuk menjaga harmoni meskipun ada perbedaan, dan terus berusaha menjadi warga dunia yang menghormati budaya nusantara kita.